Masih terlihat samar air yang jatuh melayang dari langit. Seperti kabut tapi bahkan tak tampak bagaikan sebuah kabut. Matahari sore ini pun seperti akan beranjak sirna begitu cepat. Kelabu dimana-mana, bukan jingga bukan pula ungu yang romansa.
Di hadapanku tepat sembilan meter terhampar dua jalur kereta yang melampar ke timur jauh dan barat disana. Tak tampak kereta senja yang akan lewat. Tak elok jua kereta pagi jikapun hadir. Kalaupun disini stasiun pemberhentian, mungkin sejurus kemudian ketika tiba waktunya ingin kulemparkan langkah mengayun tubuh ini ke gerbong manapun yang singgah. Entah gerbong batubara atau bahkan semen sekalipun.
Gema kicauan burung ternodai gelegar mesin pesawat. Apapula ini yang sepertinya selalu menggoda. Dan akupun tergoda. Sesekali dan berulang. Tergoda untuk sekedar melihat seraut wajah yang tersenyum disetiap pagiku walau kadang cemberut sesekali tatkala salah posisi tidurku. Ahh… alangkah jauhnya tangan ini meraihmu.
Sore senja ini… dibalut kelabu. Dibalut rindu kekasih hatiku. Dibalut seuntai senyum tanpa sebab berulangkali.
April 11, 2012 at 9:05 am
Rindu suamiku yang jauh di sana,,, walaupun sering ngomel dan cemberut kalo salah posisi tidur, tapi kangen tidur dipelukanmu sayang. Miss u suamiku tercinta muachhh
April 16, 2012 at 11:23 pm
Yaaahhh… sudah balik lagi. Jauh lagi deh.